Profile

Foto saya
DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
Mahasiswa www.gunadarma.ac.id

31 Januari 2011

Toleransi, Batas Akhir Cinta

(Erabaru.or.id) - Seorang wanita memiliki pria idaman lain (PIL), ia ingin bercerai dengan suaminya. Kenyatannya sang suami tidak setuju, sehingga sang istri membuat keributan terus sepanjang hari. Dalam ketidakberdayaan, suami terpaksa menyetujui permintaan si istri. Dengan syarat, sebelum cerai, suaminya ingin bertemu dengan pria idaman istrinya. Sang istri segera menyetujui. Pagi-pagi sekali ia membawa seorang lelaki setengah umur yang tinggi besar dan gagah ke rumahnya. Si istri mengira suaminya pasti dengan amarah yang meluap-luap akan menyuruh orang memberi pelajaran begitu bertemu dengan teman lelakinya.

Namun, sang suami tidak melakukan itu, malah dengan sikap yang berwibawa, dia bersalaman dengan lelaki itu. Setelah itu, ia mengatakan bahwa dia sangat ingin berbincang-bincang dengan teman lelakinya, dan meminta kepada istrinya untuk menyingkir sebentar. Sang wanita menuruti anjuran suaminya. Berdiri di luar pintu, dalam hati wanita itu merasa tidak tenang, takut kedua lelaki itu akan berkelahi.

Kenyataan membuktikan, bahwa kecemasannya sama sekali berlebihan. Beberapa menit kemudian, kedua lelaki tanpa terjadi sesuatu apa pun berjalan keluar, dalam perjalanan mengantar teman lelakinya pergi, dengan tak tahan sang wanita segera bertanya: “Apa yang telah dibicarakan suamiku denganmu? Apakah membicarakan yang tidak-tidak tentang diriku.” Dengan menyayangkan dia menggeleng-gelengkan kepala sambil mengatakan: “Kamu sangat tidak memahami suamimu, seperti aku tidak memahami dirimu!” Setelah si wanita selesai mendengarnya, segera membantah dengan mengatakan: “Bagaimana saya tidak memahami akan dirinya, ia kaku, tidak humoris, pengurus rumah tangga yang benar–benar tidak seperti seorang lelaki.” Pria itu menyela, “Jika kamu begitu memahami akan dirinya, kamu seharusnya tahu apa saja yang telah dibicarakannya denganku.”

“Apa yang telah dikatakan?” tukas wanita itu penasaran. “Dia mengatakan bahwa jantungmu kurang sehat, gampang marah, setelah nikah, menyuruhku supaya segalanya menurut kehendakmu. Dia juga mengatakan bahwa lambungmu tidak baik, tapi suka makan yang pedas, mewanti-wanti kepadaku agar sejak sekarang menasihati kamu supaya mengurangi makan yang pedas-pedas,” ujar pria itu.

“Hanya ini saja.” Sang wanita sedikit terkejut.

“Ya, hanya ini saja, tidak ada lainnya,” sambung pria itu.

Selesai mendengar, sang wanita perlahan-lahan menundukkan kepalanya. Si lelaki berjalan ke depan, membelai rambut wanita itu, dan dengan sungguh-sungguh mengatakan: “Suamimu adalah seorang lelaki yang baik, ia lebih lapang dibanding dadaku. Kembalilah, dialah orang yang benar-benar pantas kamu cintai, dia lebih memahami bagaimana mencintaimu dibanding dengan diriku atau lelaki lainnya.” Sejak saat itu, wanita itu sudah tidak pernah lagi menyinggung kata-kata cerai lagi, sebab ia telah memahami, bahwa suaminya adalah yang terbaik.
(Dajiyuan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar