Profile

Foto saya
DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
Mahasiswa www.gunadarma.ac.id

18 Maret 2011

Mungkinkah Kita Bisa Menghasilkan Keturunan di Luar Angkasa?

Jika suatu saat nanti manusia harus meninggalkan bumi karena sudah tidak layak untuk dihuni, kita tetap perlu menghasilkan keturunan. Bahkan saat kita sedang dalam perjalanan menuju tempat tinggal yang baru itu.
Akan tetapi, sejauh mana peluang untuk mendapatkan keturunan saat manusia telah meninggalkan planet bumi ini ?
Dari penelitian yang dilakukan sejumlah ahli, tampaknya hal tersebut sulit terjadi. Pasalnya, ruang angkasa sendiri sebenarnya merupakan sebuah sistem kontrasepsi yang sangat besar.
Hasil penelitian khusus, seputar seks di ruang angkasa menyimpulkan bahwa radiasi kosmik akan membombardir tubuh manusia dengan kuantitas yang besar selama perjalanan di luar angkasa. Selain itu, tinggal di Mars, misalnya, dalam waktu yang lama akan menurunkan jumlah sel sperma.
Janin yang sudah terbentuk tidak akan berkembang secara sempurna di lingkungan ruang angkasa. Meski saat ini ruang di pesawat angkut telah dilengkapi dengan pelindung radiasi yang lebih baik, tetap saja itu tidak cukup untuk melindungi zigot untuk berkembang.
Jika bayi berhasil keluar dari kandungan, peluang bayi itu mengalami cacat yang diakibatkan oleh radiasi sangat besar.
Dan masalah tidak hanya sampai di situ. Dari penelitian terhadap hewan yang dikirim ke luar angkasa, imbas radiasi bisa membunuh sel telur pada janin.
Bayi akan terlahir dalam kondisi mandul. Artinya, itu akan mempersulit umat manusia berkembang di planet baru itu nantinya.
Menurut Richard Jennings, pakar medis ruang angkasa asal University of Texas, astronot memang terbukti tetap mampu membuahi pasangannya setelah ia kembali ke Bumi.
Akan tetapi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap astronot yang menunaikan misi di luar angkasa dalam periode waktu lebih lama.
Dari sisi teknis, masih ada tantangan bagi manusia yang ingin menunaikan tugasnya di luar angkasa. Kostum ruang angkasa saat ini cukup berat dan tidak menyediakan banyak kemudahan untuk 'berhubungan intim'. Dan sayangnya, manusia tetap perlu menggunakan pakaian khusus.
Alasannya, dalam kondisi tanpa gravitasi, keringat atau cairan lain yang keluar dari tubuh berpotensi dapat merusak perangkat elektronik pesawat. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa manusia lebih berkeringat saat di luar angkasa.
Namun demikian, tetap saja ada hambatan lain yang telah disiapkan ruang angkasa. Mekanisme tubuh manusia tidak memungkinkan itu terjadi.
Jika manusia ingin mendiami planet lain, antariksawan harus melakukan perubahan besar-besaran pada pesawat ruang angkasa agar penjelajah di masa depan bisa bertahan lebih lama di luar angkasa dan mampu menunaikan tugas alaminya.
Sumber :

Kini Motor Bisa Bebas Melaju Saat Lampu Merah

http://static.inilah.com/data/berita/foto/1277562.jpg

Di banyak negara, pengendara harus berhenti saat lampu lalu lintas (lalin) merah. Namun tidak di Kansas, pengendara bisa terus melaju ketika lampu merah. Bagaimana bisa?
Di banyak negara, pengendara harus berhenti saat lampu lalu lintas (lalin) merah. Namun tidak di Kansas, pengendara bisa terus melaju ketika lampu merah. Bagaimana bisa ?
Pada 22 Februari lalu, DPRD Kansas menyetujui RUU yang memungkinkan pengendara sepeda motor untuk tetap melaju ketika lampu berwarna merah. Namun, hal tersebut bisa dilakukan jika kondisi tertentu dipenuhi.
RUU ‘Dead Red’ ini memberi pengendara motor terus melaju di lampu merah jika lampu gagal berubah menjadi hijau setelah ‘selang waktu yang beralasan’. Hal ini karena kebanyakan motor tak terlalu besar memicu sensor lampu lalin yang menentukan kapan lampu harus berubah hijau.
RUU ini akan mencegah pengendara motor dan sepeda terkena tilang atau denda karena melaju ketika lampu merah yang tak berubah karena malfungsi sinyal lalin atau sensor yang tak mendeteksi motor atau sepeda.
Sebelum RUU itu dikeluarkan, pengendara harus menunggu hingga sebuah mobil muncul dan memicu sensor. "Mobil dan truk tak memiliki masalah dengan hal ini namun sepeda motor selalu bermasalah dengan lampu lalin," kata Deputi Sheriff Bob Peters.
“Anda mungkin aja berada di seksi jalan saat Anda akan menunggu lima menit dan mungkin saja tak ada lalin lain yang memicu sensor lampu lalin," katanya.
Sumber :

Legenda Kuda "Berkeringat Darah" Pada Masa Genghis Khan Ditemukan Kembali

http://www.aceros-de-hispania.com/image/genghis-khan-sword/Genghis-Khan-swords.gif

Baru-baru ini, tulang belulang 80 kuda digali dari lubang makam bagian bawah Kekaisaran Wudi, yang hidup lebih dari 2000 tahun pada masa Dinasti Han.
Baru-baru ini, tulang belulang 80 kuda digali dari lubang makam bagian bawah Kekaisaran Wudi, yang hidup lebih dari 2000 tahun pada masa Dinasti Han.
Penemuan tersebut menghidupkan lagi sebuah legenda tentang kuda ‘berkeringat darah’ di China Kuno, dalam laporan yang dikutip Hinhua.
Cerita Wudi mengenai  "Silk Road" dan kuda "berkeringat darah" telah menjadi legenda dalam budaya China dan banyak orang tertarik dengan kuda legendaris yang telah lama hilang.
Yang Wuzhan, seorang arkelog yang mengambil bagian dalam penggalian makam Kaisar Wudi, mengatakan bahwa pada saat melakukan penggalian dua lubang makam pada September 2009 lalu, tim mereka mendapat 40 tulang-telulang kuda.
Dari hasil laboratorium terhadap fosil tersebut, dikonfirmasi ternyata semuanya adalah kuda laki-laki dewasa. "Para ilmuwan akan segera melakukan tes DNA berharap untuk menentukan gen dari kuda itu," kata Wuzhan seperti dilansir dari People Daily.
Temuan tersebut bakal menghidupkan kembali legenda Cina berabad-abad tentang kuda berkeringat darah misterius dari Asia Tengah.
"Legenda mengenai kuda itu sudah lama menghilang, sejak Kaisar Wudi menawarkan hadiah besar dan kuat bagi siapa saja yang bisa menemukan kuda ras misterius 'berkeringat darah' yang disebut-sebut telah menjelajahi Asia Tengah, tetapi jarang terlihat di China," jelas Wuzhan.
Hari ini, kuda itu diidentifikasi sebagai Akhal-Teke, salah satu keturunan kuda tertua di dunia dan paling unik. Dalam catatan Cina, Kaisar Wudi menulis bahwa kuda tersebut berkembang biak. Dalam sebuah puisi ia menulis tentang -Akhal Teke, merupakan "kuda surga."
Kuda tersebut dikenal memiliki daya tahan kecepatan dan keringat dari cairan darah seperti seperti gallops. Hal ini juga diyakini sebagai kuda yang ditunggangi oleh Genghis Khan (1167-1227).
Kaisar Wudi dikenal karena telah membuka Silk Road, sebuah jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Asia dan Eropa. Pembangunan makam kaisar tersebut dimulai pada 139 SM, setahun setelah ia bertakhta di usia 16 tahun. Dan dibutuhkan waktu selama 53 tahun untuk membangunnya. Makam tersebut memiliki lebih dari 400 lubang pengorbanan, lebih dari makam Qin Shihuang, "kaisar pertama" dari China.
Sumber : dapunta.com

Bahaya-Bahaya Kesehatan Jika Terkena Radiasi Nuklir

Bencana di Jepang memicu kekhawatiran akan adanya kebocoran reaktor nuklir seperti yang terjadi di Chernobyl tahun 1986. Dampak radiasi bermacam-macam, ada yang bisa dirasakan seketika dan ada yang baru muncul dalam jangka panjang.
Kebocoran reaktor nuklir terburuk dalam sejarah terjadi di Chernobyl, Ukraina pada April 1986. Selain memicu evakuasi ribuan warga di sekitar lokasi kejadian, dampak kesehatan masih dirasakan para korban hingga bertahun-tahun kemudian misalnya kanker, gangguan kardiovaskular dan bahkan kematian.
Secara alami, tubuh manusia memiliki mekanisme untuk melindungi diri dari kerusakan sel akibat radiasi maupun pejanan zat kimia berbahaya lainnya. Namun seperti dikutip dari Foxnews, radiasi pada tingkatan tertentu tidak bisa ditoleransi oleh tubuh dengan mekanisme tersebut.
Editor kesehatan dari Foxnews Health, Dr Manny Alvarez mengatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi dampak radiasi nuklir. Ketiganya meliputi total radiasi yang dipejankan, seberapa dekat dengan sumber radiasi dan yang terakhir adalah seberapa lama korban terpejan oleh radiasi. Ketiga faktor tersebut akan menentukan dampak apa yang akan dirasakan para korban. Radiasi yang tinggi bisa langsung memicu dampak sesaat yang langsung bisa diketahui, sementara radiasi yang tidak disadari bisa memicu dampak jangka panjang yang biasanya malah lebih berbahaya.
Dampak sesaat atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain sebagai berikut:
  1. Mual muntah
  2. Diare
  3. Sakit kepala
  4. Demam.
Sementara itu, dampak yang baru muncul setelah terpapar radiasi nuklir selama beberapa hari di antaranya adalah sebagai berikut :
  1. Pusing, mata berkunang-kunang
  2. Disorientasi atau bingung menentukan arah
  3. Lemah, letih dan tampak lesu
  4. Kerontokan rambut dan kebotakan
  5. Muntah darah atau buang air besar mengeluarkan darah
  6. Tekanan darah rendah
  7. Luka susah sembuh.
Dampak kronis alias jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga bertahun-tahun.

Beberapa dampak mematikan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara lain sebagai berikut :
  1. Kanker
  2. Penuaan dini
  3. Gangguan sistem saraf dan reproduksi
  4. Mutasi genetik.

Laut Mati Kini Mulai Terancam Tidak "Mati" Lagi


Segala hal yang diasosiasikan dengan “mati” biasanya tidak disukai orang. Namun tidak dengan kata “mati” yang melekat pada sebuah tempat yang bernama Laut Mati.
Segala hal yang diasosiasikan dengan “mati” biasanya tidak disukai orang. Namun tidak dengan kata “mati” yang melekat pada sebuah tempat yang bernama Laut Mati.
Malah, tempat ini menarik minat jutaan turis setiap tahun. Di samping itu, banyak penelitian telah dilakukan untuk mengungkap keunikan alamnya.
Namun, nama yang menyeramkan ini pun sebenarnya telah dihaluskan dari terjemahan bahasa Ibrani 'Yam ha Maved' yang berarti ‘Laut Pembunuh’, sedangkan dalam bahasa Arab namanya adalah 'Bahrul Mayyit' yang artinya yaahhh Laut Mati juga.
Laut Mati biasa disebut dengan Laut Garam karena perairannya mengandung 33,7% garam (sekitar 8,6 kali lebih banyak dari kandungan garam di laut biasa).
Laut Mati yang diapit oleh negara Israel dan Palestina (Tepi Barat) di sisi barat, dan Yordania di sisi timur merupakan wilayah yang paling rendah di dunia. Posisinya adalah 422 meter di bawah permukaan laut.
Asal-usul Laut Mati
Laut Mati sebenarnya bukanlah benar-benar laut, melainkan hanya sebuah danau saja. Disebut laut karena danau ‘Laut Mati’ berair asin dan memiliki wilayah yang luas: panjang 47 mil dan lebar 10 mil, dengan total luas permukaan sekitar 360 mil, sedangkan kedalaman laut mencapai 422 meter.
Lalu mengapa namanya Laut Mati? Disebut demikian karena tidak ada ikan yang dapat hidup di Laut Mati karena keasinan airnya yang sangat tinggi. Jangankan hidup, berenang pun ikan akan sulit karena dia pasti akan terapung terus.
Asal-muasal terjadinya Laut Mati disebutkan dalam kitab suci Umat Islam dan Kristen. Disebutkan bahwa Nabi Luth diperintahkan Tuhan untuk memperingatkan kaumnya yang melegalkan perilaku homoseksual.
Karena umat mengabaikan seruan Nabi Luth, maka Tuhan memerintahkan Nabi Luth untuk menyingkir dari kota Sodom dan Gomorah. Laknat Tuhan datang melalui sebuah gempa vulkanis yang diikuti letusan lava, kota-kota tersebut diruntuhkan, lalu dijungkirbalikkan masuk ke dalam Laut Mati.
Hasil penelitian ilmiah kontemporer menjelaskan, bencana itu dapat terjadi karena daerah Lembah Siddim, yang di dalamnya terdapat kota Sodom dan Gomorah, merupakan daerah patahan atau titik bertemunya dua lempengan kerak bumi yang bergerak berlawanan arah. Patahan itu berawal dari tepi Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Laut Mati dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, hingga berakhir di Afrika.
Biasanya, bila dua lempengan kerak bumi ini bergeser di daerah patahan maka akan menimbulkan gempa bumi dahsyat yang diikuti dengan tsunami yang menyapu kawasan pesisir pantai. Juga biasa diikuti dengan letusan lava/lahar panas dari perut bumi.

Mengapa air Laut Mati sangat asin ?
Pasokan air yang masuk ke Laut Mati hanya dari Sungai Yordan dan beberapa pegunungan di sekitarnya. Karena Laut Mati berada posisi yang rendah maka air yang diterima itu tidak bisa dialirkan kemana-mana.
Satu-satunya jalan keluar air yaitu melalui proses penguapan ke udara saja. Itulah sebabnya air Laut Mati menjadi sangat asin karena air yang mengalami proses penguapan meninggalkan zat-zat mineralnya.
Keunikan Laut Mati
Anda tidak bisa berenang, tapi tidak ingin tenggelam saat mencebur ke dalam air? Itu bukan persoalan mustahil. Di Laut Mati, setiap orang yang menceburkan diri dan tidak akan tenggelam walaupun di tempat yang dalam.
Ini bisa terjadi karena Laut Mati memiliki kadar keasinan yang sangat tinggi. Namun banyak orang salah kaprah menyebut Laut Mati adalah perairan yang paling asin di dunia. Sebenarnya ada perairan lain yang kadar keasinan lebih tinggi (40%) yaitu Danau Assal di Djibuoti, Afrika.
Laut Mati memiliki lumpur yang berkhasiat sebagai penghalus kulit. Selain itu, ada beberapa zat mineral berguna lain yang terkandung dalam Laut Mati yaitu:
  • Sodium yang dapat meningkatkan permeabilitas yang sangat cocok untuk kulit kering.
  • Magnesium dengan konsentrasi 15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laut lainnya. Magnesium membantu penyembuhan kulit dan menyediakan jaringan permukaan kulit dengan anti alergi dan penting untuk metabolisme sel.
  • Potassium yang dapat meningkatkan oksidasi dan mengatur proses elektrikal otot dan sistem saraf serta membantu mengatur kelembaban di kulit.
  • Bromida - konsentrasi bromida adalah 50 kali lebih tinggi dari garam biasa. Ini menyebabkan efek yang sangat santai, dan membantu secara alami perbaikan sel kulit.
  • Bitumen yang ditemukan dalam jumlah sedikit dan dapat bertindak sebagai zat anti-inflammatory.
  • Iodin yang berperan penting pada pembentukan hormon tiroksin, dan juga penting untuk energi dan metabolisme sel.
  • Kalsium penting sebagai pertahanan membran sel dan pembersihan pori-pori, yang dibutuhkan juga untuk perbaikan jaringan dibawah kulit.
  • Zink yang memainkan peranan dalam regulasi enzim.
  • Lumpur Laut Mati membantu kulit kering dengan mengganti elektrolit yang hilang, bisa mengobati beberapa masalah dermatologi seperti eksim, jerawat, rematik, sakit sendi, dan masalah sirkulasi dan saraf. Garam Laut Mati juga bisa bertindak sebagai desinfektan yang bisa mengeluarkan zat berbahaya dari kulit.
Mendangkal dan terancam tidak “mati” lagi
Saat ini, perairan Laut Mati mulai menyusut. Sejak tahun 1960-an airnya sudah susut lebih dari 10 meter, sehingga dikhawatirkan Laut Mati terus mengalami pendangkalan.
Susutnya air Laut Mati selain disebabkan oleh penguapan, juga akibat adanya proyek-proyek menyangkut air yang dilakukan oleh pemerintah Israel maupun Yordania.
Jika perairannya terus menerus surut, maka rencananya pada tahun 2017 nanti Laut Mati akan dihubungkan ke Laut Merah dengan sebuah bendungan yang bisa mengatur volume air.
Kalau itu terjadi, maka kadar garam Laut Mati akan menurun dan menjadi normal sama dengan kadar garam laut biasa. Jika demikian Laut Mati mungkin tidak akan “mati” lagi karena ikan-ikan dan biota lain sudah bisa hidup di dalamnya.
Sumber :